5 Tantangan Besar Logistik di Indonesia

Kalau dulu logistik hanya soal memastikan barang tidak rusak atau hilang di jalan, sekarang ceritanya jauh lebih kompleks. Biaya logistik bahkan bisa mempengaruhi daya saing bisnis dan ekonomi nasional.

Menurut Logistics Performance Index (LPI) dari Bank Dunia tahun 2018, Indonesia masih ada di peringkat 46 dari 160 negara. Bandingkan dengan Singapura yang ada di posisi 7, atau Thailand di posisi 41. Artinya, masih banyak PR yang harus diselesaikan.

Apalagi dengan pesatnya pertumbuhan e-commerce, dunia logistik kini dituntut lebih cepat, efisien, dan modern.

Nah, berikut lima tantangan utama logistik di Indonesia:

1. Biaya Pengiriman Masih Tinggi

Biaya kirim jadi tantangan terbesar. Faktor seperti harga bahan bakar, biaya operasional, sampai tarif pelabuhan yang belum seragam bikin ongkos logistik jadi mahal.

Kondisi ini akhirnya mempengaruhi perilaku konsumen—siapa sih yang nggak suka promo gratis ongkir? Jadi, perusahaan logistik harus pintar mencari strategi efisiensi biar tetap kompetitif.

2. Manajemen Proses & Informasi yang Rumit

Semakin tinggi permintaan, semakin besar pula volume data yang harus dikelola. Mulai dari pesanan, status pengiriman, stok gudang, hingga koordinasi antar pihak.

Kalau manajemen tidak rapi, risikonya bisa fatal: keterlambatan, salah kirim, bahkan kerugian. Makanya, dibutuhkan sistem terintegrasi yang bisa memantau semua proses secara real-time.

3. Masih Mengandalkan Sistem Konvensional

Banyak perusahaan logistik di Indonesia masih betah dengan cara lama, seperti pencatatan manual pakai kertas. Akibatnya, proses jadi lambat, rawan salah, dan boros biaya.

Padahal, ada banyak software logistik yang harganya terjangkau dan bisa disesuaikan dengan kebutuhan. Selain lebih efisien, penggunaan teknologi juga membantu mengurangi ketergantungan pada kertas.

4. Infrastruktur Belum Merata

Indonesia punya ribuan pulau, tapi infrastruktur logistiknya belum merata. Jalan, pelabuhan, dan bandara masih terbatas di beberapa daerah.

Contohnya, banyak pelabuhan belum mampu menampung volume pengiriman besar, sehingga antrean panjang tidak bisa dihindari. Hasilnya? Biaya distribusi naik dan barang jadi lama sampai. Dampaknya, harga barang di daerah tertentu lebih mahal.

5. Tuntutan Ramah Lingkungan

Di era sekarang, isu lingkungan semakin diperhatikan. Logistik dituntut lebih ramah lingkungan, misalnya dengan mengurangi penggunaan kertas, memakai aplikasi digital, atau beralih ke kendaraan berbahan bakar ramah lingkungan.

Selain mendukung keberlanjutan, tren ini juga sejalan dengan gaya hidup masyarakat yang makin peduli pada lingkungan.

Kesimpulan

Tantangan logistik di Indonesia tidak bisa ditangani satu pihak saja. Butuh kerja sama antara pemerintah, perusahaan logistik, penyedia teknologi, hingga masyarakat.

Dengan biaya yang lebih efisien, manajemen modern, infrastruktur memadai, dan sistem ramah lingkungan, logistik Indonesia bisa lebih kompetitif—baik di dalam negeri maupun di pasar global.

Dikutip dari: mileapp

Leave a Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *